Senin, 23 April 2012

Zat sedatif dan simultan


ZAT SEDATIF DAN SIMULTAN
·                     Sedatif
Sedatif adalah obat yang menurunkan ketegangan subjektif dan menginduksi ketenangan mental. Istilah sedative sesungguhnya adalah sama dengan istilah “ansiolitik” yaitu obat yang menurunkan kecemasan. Hipnotik adalah obat yang menurunkan kecemasan. Ketiga zat ini dikelompokkan bersama-sama sebagai tranquilizer minor.
Perbedaan dari ketiga zat tersebut adalah sedative dan ansiolitik sebagai obat di siang hari sedangkan hipnotik sebagai obat di malam hari. Namun, jika sedative dan ansiolitik digunakan dalam dosis tinggi makan dapat menginduksi tidur seperti hipnotik. Sedangkan apabila hipnotik diberikan dalam dosis yang terlalu rendah maka obat dapat menginduksi ketenangan seperti sedative dan ansiolitik.
Yang termasuk kelompok sedatif di antaranya adalah opiat-opium dan berbagai derivatnya yaitu morfin, heroin, dan kodein dan barbiturate serta penenang sintesis, seperti sekobarbital (seconal) dan diazepam (valium).
Sedative dapat melambatkan berbagai aktivitas tubuh dan mengurangi responsivitasnya.
Opiat, kelompok sedatif yang menimbulkan rasa sakit dan menyebabkan tidur, yang paling terkenal adalah opium.
Alkaloid morfin, berhasil dipisahkan dari opium kasar pada 1806, bubuk pahit tersebut. Morfin disuntikkan langsung ke pembuluh darah para tentara selama perang yang menderita disentri namun mereka kembali ke rumah dengan mengalami kecanduan obat tersebut.
Kemudian morfin diubah oleh para ilmuwan menjadi obat lain yang sangat kuat untuk menghilangkan rasa sakit yaitu heroin. Awalnya digunakan untuk mengobati kecanduan morfin, kemudian digunakan sebagai pengganti morfin dalam obat batuk dan berbagai obat lain. Banyak penyakit yang berhasil diobati oleh heroin ini sehingga disebut GOM, God’s Of Medicine. Namun akhirnya terbukti bahwa heroin ini mengakibatkan kecanduan yang lebih besar.
Para pengguna heroin dari tahun ke tahun semakin meningkat, padahal sebelumnya kebanyakan penggunnya adalah orang-orang yang bekerja di rumah sakit. Dan pada awal tahun 1980an heroin tidak lagi digunakan hanya dengan menyuntikkannya, melainkan heroin dijual dalam bentuk bubuk yang kemurniannya kurang dari 5 persen, namun pada tahun 1990an, kemurnian heroin berkisar antara 25 hingga 50 persen dan dijual dalam bentuk seperti permen karet yang sulit dilarutkan atau diturunkan kadarnya, sehingga sangat memungkinkan pengguna mengalami overdosis, terutama yang kurang berpengalaman.
Efek psikoligis dan fisiologis
Efek psikologis yang ditimbulkan oleh Opium berupa merfin dan heroin adalah euforia, rasa kantuk, kerasukan, dan kadang kurangnya koordinasi dan memiliki efek awal tambahan, suatu rasa hangat yang mendarah. Semua kekhawatiran dan ketakutan pengguna hilang dan ia memiliki rasa percaya diri yang besar selama 4 hingga 6 jam ke depan, namun kemudian mengalami kemerosotan kondisi yang berakhir dengan stupor.
Sedangkan efek fisiologisnya , saat belum menggunakan heroin reaksinya dapat terjadi dalam delapan jam setelah penyuntikan sebelumnya. Selama beberapa jam berikutnya individu umumnya mengalami rasa sakit pada otot, bersin-bersin, berkeringat, berurai air mata dan berulang kali menguap, mirip influenza dan dalam 36 jam keadaan tersebut akan semakin parah, dapat terjadi kejatan otot tak terkendali, kram, menggigil, atau wajah memerah dan berkeringat secara berlebihan, denyut jantung dan tekanan darah meningkat. Sedangkan orang yang kecanduan tidak dapat tidur, muntah-muntah, dan diare berlangsung selama 72 jam kemudian berkurang secara bertahap dalam kurun waktu 5 - 10 hari.
Secara ringkas mengenai Opiat dan opioid
  Efek perilaku : eforia, mengantuk, anoreksia, penurunan dorongan seksual, hipoaktivitas, perubahan kepribadian.
  Efek fisik : miosis, pruritus, mual, bradikardia, konstipasi, jejak jarum di lengan, tungkai, bokong
  Temuan laboratorium : ditemukan dalam darah sampai 24 jam setelah dosis terakhir
  Terapi : untuk penghentian secara bertahap : methadone 5-10mg tiap jam selama 10 hari, selanjutnya turunkan dosis selama 10 hari; untuk overdosis : naloxone (Narcan) 0,4 mg IM setiap 20 meniit untuk 3 dosis, pertahankan jalan nafas; berikan O2 (oksigen) .
·                     SIMULTAN
Stimulan, atau upper, seperti kokain bekerja dalam otak dan system saraf simpatetik untuk meningkatkan keterjagaan dan aktivitas motorik. Amfetamin seperti benzedrin adalah stimulant sintesis; kokain adalah stimulan alamiah dari daun koka.

Pada tahun 1990 penggunaan amfetamin meningkat, mereka dibawah tekanan waktu untuk menyelesaikan pekerjaannya. “melakukan lebih banyak pekerjaan dengan waktu yang lebih sedikit” mereka menggunakan amfetamin agar tetap terjaga, lebih produktif dan merasa lebih berenergi bahkan euforik. Banyak para atasan yang mendorong penggunaanya, bahkan menyediakannya. Meskipun berhasil dalam jangka pendek namun semakin lama akan timbul perasaan mudah tersinggung yang ekstrim dan orang yang bersangkutan akan semakin banyak menggunakannya untuk mengatasi perasaan marahnya.

Penyalahgunaan amfetamin disebut metamfetamin yang meningkat tajam pada tahun 1990an. Sebanyak 4,7 juta orang di Amerika Serikat pernah mencoba metamfetamin dalam dosis tertentu (Anglin dkk, 2000)
Secara ringkas mengenai Amfetamin dan simpatometik lain termasuk kokain
  Efek perilaku : terjaga, banyak bicara, euforia, hiperaktivitas, agresivitas, agitasi, keenderungan paranoid, impotensi halusinasi lihat dan raba
  Efek fisik : midriasis, tremor, halitosis, mulut kering, takikardia, hipertensi, penurunan berat badan, aritmia, demam, kejang, perforasi septum hidung (pada kokain)
  Temuan laboratorium : ditemukan dalam darah dan urin
  Terapi : agitasi : diazepam (valium) IM atau peroral 5-10 mg tiap 3 jam, untuk takiaritmia, propanolol (inderal) 10-20 mg peroral tiap 4 jam; vitamin C 0,5 g 4x sehari peroral dapat meningkatkan ekskresi urin dengan mengasamkan urin.